Teori Pilihan Konsumen: Kenapa Kita Tetap Belanja Saat Sedang Berutang?
Buat kamu yang Gen Z atau milenial, hidup di era digital berarti akses ke utang dan konsumsi makin mudah. Paylater, cicilan 0%, dan pinjaman online bisa diakses hanya dengan KTP dan klik. Tapi di tengah utang yang menumpuk, kenapa kita tetap belanja? Apakah itu irasional, atau justru bisa dijelaskan secara ekonomi?
Dalam ekonomi mikro, teori pilihan konsumen menjelaskan bagaimana individu membuat keputusan konsumsi berdasarkan preferensi, anggaran, dan ekspektasi. Tapi dalam praktiknya, perilaku belanja saat berutang sering kali melibatkan faktor psikologis dan sosial yang kompleks.
đź§ Dasar Teori Pilihan Konsumen
Teori pilihan konsumen menyatakan bahwa:
- Konsumen bertindak rasional untuk memaksimalkan utilitas (kepuasan)
- Pilihan dipengaruhi oleh preferensi dan batasan anggaran
- Konsumen akan memilih kombinasi barang yang memberi kepuasan tertinggi dalam batas kemampuan finansial
Namun, teori ini juga mengakui bahwa ekspektasi masa depan dan intertemporal choice (pilihan antar waktu) memengaruhi keputusan. Artinya, seseorang bisa memilih untuk berutang sekarang demi konsumsi yang dianggap penting atau mendesak.
Sumber: Redcomm dan jurnal STIEI Malang menyebutkan bahwa emosi, tekanan sosial, dan persepsi nilai juga memengaruhi perilaku konsumsi, terutama di kalangan muda.
đź’¸ Kenapa Kita Tetap Belanja Saat Berutang?
Berikut ini beberapa alasan yang dijelaskan oleh teori dan praktik ekonomi mikro:
1. Preferensi Konsumen Tidak Selalu Rasional
Kita punya preferensi yang unik dan kadang tidak logis. Misalnya, seseorang bisa merasa lebih puas membeli kopi Rp60.000 di kafe estetik daripada kopi Rp10.000 di warung, meski sedang berutang.
Opini umum: Banyak orang merasa “butuh reward” setelah kerja keras, meski secara finansial belum stabil.
2. Ekspektasi Pendapatan Masa Depan
Konsumen sering membuat keputusan berdasarkan harapan bahwa pendapatan akan meningkat. Ini disebut life-cycle hypothesis—kita konsumsi lebih banyak sekarang karena yakin bisa bayar nanti.
Contoh: Mahasiswa yang ambil cicilan laptop karena yakin akan dapat kerja setelah lulus.
3. Efek Psikologis dan Sosial
Stres karena utang bisa memicu belanja impulsif sebagai pelarian. Media sosial juga mendorong konsumsi lewat FOMO dan tekanan gaya hidup.
Fakta: Studi Ahn & Kwon (2020) menunjukkan bahwa emosi positif dan negatif bisa memicu perilaku konsumsi, bahkan saat kondisi finansial tidak ideal.
4. Ketersediaan Kredit dan Teknologi
Kemudahan akses ke kredit digital membuat konsumsi tetap berjalan meski saldo rekening kosong. Ini menciptakan ilusi likuiditas.
Insight: Banyak Gen Z merasa “masih aman” karena limit paylater belum habis, padahal utang sudah menumpuk.
📊 Studi Kasus: Belanja Saat Berutang
- Seorang milenial di Jakarta tetap belanja fashion online meski punya cicilan motor dan pinjol. Ia merasa belanja adalah “self-care” dan yakin bisa bayar karena gaji bulan depan sudah pasti.
- Seorang Gen Z di Bandung ambil cicilan HP dan tetap nongkrong tiap minggu. Ia bilang, “Kalau nggak nongkrong, malah stres mikirin utang.”
Pelajaran: Perilaku konsumsi saat berutang bukan sekadar irasional, tapi bagian dari strategi coping dan ekspektasi masa depan.
đź’ˇ Cara Bijak Mengelola Konsumsi Saat Berutang
- Evaluasi preferensi dan kebutuhan secara jujur Tanyakan: apakah ini kebutuhan atau keinginan? Apakah bisa ditunda?
- Buat anggaran realistis Sisihkan dana untuk cicilan, kebutuhan pokok, dan konsumsi sosial secara proporsional.
- Gunakan strategi pelunasan utang Metode snowball atau avalanche bisa bantu kamu keluar dari utang tanpa mengorbankan konsumsi total.
- Batasi akses ke kredit impulsif Nonaktifkan fitur paylater di e-commerce atau batasi limit kartu kredit.
- Bangun dana darurat dan tabungan kecil Ini bantu kamu tetap punya ruang konsumsi tanpa harus berutang lagi.
🔚 Kesimpulan: Belanja Saat Berutang Itu Manusiawi, Tapi Harus Terkendali
Teori pilihan konsumen menunjukkan bahwa konsumsi tetap berjalan meski ada utang karena preferensi, ekspektasi, dan tekanan sosial. Buat kamu yang Gen Z dan milenial, penting banget untuk memahami bahwa konsumsi bukan dosa—tapi harus dikelola dengan sadar dan strategis.
Karena pada akhirnya, keputusan belanja bukan soal bisa atau tidak—tapi soal tahu kapan, kenapa, dan bagaimana.
Jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan bantuan mengenai permasalahan utang piutang, konsultasikan segera bersama kami. Kami siap membantu dalam memberikan solusi atas masalah utang piutang Anda.
👉 Klik di sini untuk menghubungi kami