Peran Insentif dalam Perilaku Finansial: Kenapa Diskon Bisa Memicu Utang?

Peran Insentif dalam Perilaku Finansial: Kenapa Diskon Bisa Memicu Utang?

Diskon adalah bentuk insentif yang memengaruhi perilaku finansial konsumen. Bagi Gen Z dan milenial, diskon sering memicu pembelian impulsif yang berujung pada utang konsumtif, terutama lewat paylater dan kartu kredit. Artikel ini membahas tentang Peran Insentif dalam Perilaku Finansial: Kenapa Diskon Bisa Memicu Utang?

Peran Insentif dalam Perilaku Finansial: Kenapa Diskon Bisa Memicu Utang?

đź§  Insentif dalam Ekonomi Mikro

Dalam teori ekonomi mikro, insentif adalah faktor yang mendorong seseorang mengambil keputusan tertentu. Diskon adalah salah satu insentif paling populer dalam dunia konsumsi. Ia bekerja dengan memberikan persepsi “hemat” atau “untung” sehingga konsumen terdorong membeli lebih banyak.

Menurut IDN Times, diskon menciptakan kebahagiaan dengan meningkatkan kadar oksitosin di otak, membuat konsumen merasa puas karena “berhasil menghemat”. Namun, rasa puas ini sering menipu: konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

đź’ˇ Diskon dan Perilaku Konsumen

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diskon memengaruhi perilaku finansial secara signifikan:

  • Pembelian impulsif meningkat: Jurnal Kolaboratif Sains (2024) menemukan bahwa diskon dan promosi di e-commerce mendorong perilaku pembelian impulsif, terutama di kalangan anak muda.
  • Perilaku konsumtif mahasiswa: Studi Universitas Riau menunjukkan bahwa diskon dan gratis ongkir meningkatkan perilaku konsumtif mahasiswa, meski pendapatan mereka terbatas.
  • Efek psikologis: Diskon memberi rasa “takut ketinggalan” (FOMO), sehingga konsumen merasa harus segera membeli.

Opini umum: Banyak Gen Z dan milenial mengaku membeli barang saat diskon bukan karena butuh, tapi karena takut kehilangan kesempatan.

📉 Kenapa Diskon Bisa Memicu Utang?

  1. Persepsi hemat yang menipu Konsumen merasa menghemat, padahal justru mengeluarkan uang lebih banyak.
  2. Dorongan impulsif Diskon memicu pembelian tanpa perencanaan. Jika dana tidak cukup, konsumen menggunakan paylater atau kartu kredit.
  3. FOMO (Fear of Missing Out) Diskon terbatas waktu membuat konsumen panik dan mengambil keputusan cepat.
  4. Normalisasi cicilan kecil Banyak platform menawarkan cicilan ringan untuk barang diskon. Konsumen merasa aman, padahal akumulasi cicilan bisa jadi beban besar.

đź§© Studi Kasus Gen Z dan Milenial

  • Mahasiswa di Jakarta Menggunakan paylater untuk belanja fashion saat diskon. Awalnya merasa hemat, tapi akhirnya terjebak bunga tinggi karena telat bayar.
  • Karyawan muda di Bandung Membeli gadget saat promo besar. Cicilan ringan terasa mudah, tapi setelah beberapa bulan, ia kesulitan membayar karena ada cicilan lain.

Insight: Diskon bisa jadi pintu masuk utang konsumtif jika tidak diimbangi kontrol finansial.

📚 Strategi Menghadapi Diskon dengan Bijak

Strategi Penjelasan
Buat daftar kebutuhan Belanja hanya sesuai daftar, bukan karena diskon
Gunakan prinsip 24 jam Tunda keputusan belanja diskon selama 24 jam
Batasi penggunaan paylater/kartu kredit Jangan gunakan untuk barang konsumtif
Hitung total cicilan Pastikan tidak lebih dari 30% penghasilan
Fokus pada nilai guna Beli barang karena manfaat, bukan karena diskon

🔚 Kesimpulan: Diskon Itu Insentif, Bukan Kebutuhan

Diskon adalah strategi pemasaran yang efektif, tapi bisa memicu perilaku konsumtif dan utang. Bagi Gen Z dan milenial, penting memahami bahwa diskon bukan berarti hemat jika barang tidak dibutuhkan.

Manajemen finansial yang sehat berarti mampu menahan godaan insentif, fokus pada kebutuhan, dan menghindari utang konsumtif.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau membutuhkan bantuan mengenai permasalahan utang piutang, konsultasikan segera bersama kami. Kami siap membantu dalam memberikan solusi atas masalah utang piutang Anda.
👉 Klik di sini untuk menghubungi kami

Apakah informasi ini bermanfaat?

Ya
Tidak
Terima kasih atas umpan baliknya!

Jasa penagihan utang terpercaya

Indra Pratama

Indra Pratama

CFO

Kami merasa sangat terbantu dengan layanan Debt. Prosesnya sederhana, namun hasilnya maksimal dan efesien.

Laras Putriani

Laras Putriani

Direktur Pengembangan Bisnis

Dengan dukungan Debt, proses penagihan menjadi lebih mudah dan terstruktur. Sangat memuaskan!

Rini Astuti

Rini Astuti

Direktur Keuangan

Dengan pendekatan yang sistematis dan profesional, Debt berhasil membantu kami menyelesaikan banyak masalah penagihan. 

Baca juga

Tips

Surat pernyataan pengakuan utang

Surat Pernyataan Pengakuan Utang adalah dokumen tertulis yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak yang berutang (debitur) untuk menyatakan secara resmi bahwa ia