Fenomena berutang demi memenuhi kebutuhan gaya hidup dan status sosial semakin marak di kalangan generasi muda Indonesia. Kemudahan akses terhadap layanan keuangan digital, seperti pinjaman online (pinjol) dan fasilitas “buy now, pay later” (BNPL), mendorong perilaku konsumtif yang berpotensi menimbulkan masalah finansial di masa depan, Utang untuk Gaya Hidup: Tren Konsumtif di Kalangan Muda Indonesia.
Tren Berutang di Kalangan Milenial dan Gen Z
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa generasi muda, khususnya Generasi Z, merupakan pengguna terbesar layanan paylater. Pengguna paylater terbanyak berada di rentang usia 26-35 tahun mencapai 43,9%, sementara 26,5% pengguna berasal dari usia 18-25 tahun. Mayoritas penggunaan paylater dialokasikan untuk kebutuhan gaya hidup, dengan belanja fesyen menempati posisi teratas sebesar 66,4%, diikuti oleh perlengkapan rumah tangga (52,2%), elektronik (41%), dan laptop atau ponsel (34,5%).
Survei yang dilakukan oleh Populix pada September 2023 mengungkapkan bahwa 41% dari 1.017 responden pernah berutang melalui platform pinjol. Dari jumlah tersebut, 22% meminjam untuk menunjang gaya hidup dan hiburan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian generasi muda menggunakan pinjaman bukan untuk kebutuhan mendesak, melainkan untuk memenuhi keinginan konsumtif.
Dampak Psikologis dan Sosial
Psikolog Imelda Tarigan menjelaskan bahwa banyak generasi milenial merasa perlu mengikuti tren terkini agar tidak merasa tertinggal dalam pergaulan. Perasaan takut ketinggalan zaman atau fenomena “Fear of Missing Out” (FOMO) mendorong mereka untuk berbelanja barang-barang terbaru, meskipun harus berutang. Selain itu, pola pikir “You Only Live Once” (YOLO) membuat mereka belanja seolah tidak ada hari esok, yang pada akhirnya dapat memperparah perilaku boros.
Risiko Finansial di Masa Depan
Berutang untuk memenuhi gaya hidup dapat berdampak negatif pada stabilitas keuangan pribadi. Tanpa literasi keuangan yang memadai, generasi muda berisiko terjebak dalam utang yang sulit dilunasi. Hal tersebut terjadi jika penghasilan tidak sebanding dengan pengeluaran. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen (PEPK) OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyoroti bahwa perilaku utang melalui paylater di kalangan anak muda harus menjadi perhatian serius bagi regulator di seluruh dunia.
Pentingnya Literasi Keuangan
Meningkatkan literasi keuangan di kalangan generasi muda menjadi kunci untuk mencegah perilaku konsumtif yang berlebihan. Pemahaman tentang pengelolaan keuangan, termasuk risiko dan tanggung jawab dalam berutang, perlu ditanamkan sejak dini. Tanpa literasi keuangan yang memadai, masyarakat berisiko terjebak dalam aplikasi pinjol ilegal dan kredit macet.
Utang untuk Gaya Hidup: Tren Konsumtif di Kalangan Muda Indonesia
Fenomena berutang demi gaya hidup dan status sosial di kalangan muda Indonesia merupakan isu yang kompleks, melibatkan aspek psikologis, sosial, dan ekonomi. Diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat. Ini untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak. Dengan demikian, generasi muda dapat menikmati gaya hidup sesuai kemampuannya tanpa harus terjebak dalam lingkaran utang yang merugikan di masa depan.
Untuk informasi dan layanan lebih lanjut mengenai pengelolaan utang. Anda dapat menghubungi kami melalui email di info@debt.co.id atau menggunakan formulir digital di https://debt.co.id/kontak. Kami, Debt, sebagai perusahaan debt collector perusahaan Jakarta selatan berbasis digital pertama di Indonesia, siap membantu Anda mengelola dan menyelesaikan permasalahan utang dengan solusi yang tepat dan profesional.